Varian Omicron menjadi ancaman bagi masyarakat Indonesia. Masalahnya, bagi orang awam, gejalanya nampaknya sulit dikenali.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Siti Nadia Tarmizi menuturtan, gejala orang yang tertular Covid-19 varian Omicron mirip dengan orang yang sakit flu biasa.
“Berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan, sebagian besar kasus kondisinya ringan dan tanpa gejala. Gejala paling banyak batuk (49 persen) dan pilek (27 persen),” ujar Nadia dalam diskusi, kemarin.
Sasaran varian Omicron lebih banyak menginfeksi saluran pernapasan bagian atas dibanding paru-paru. Hal itulah yang membuat World Health Organization (WHO) meyakini, gejala infeksi varian Omicron cenderung lebih ringan daripada varian Corona lainnya, termasuk varian Delta.
Kendati relatif ringan untuk penderita yang sudah divaksinasi Covid-19, tapi penyebaran penyakit ini lebih cepat daripada Delta. Sejak pertama kali ditemukan di Afrika Selatan pada 24 November 2021, varian ini telah terdeteksi di lebih dari 110 negara dan diperkirakan terus meluas.
Negara yang mengamankan pintu masuk internasional dengan sangat ketat pun masih bisa ditembus Omicron.
Kendati begitu, bagi mereka yang belum mendapatkan vaksin Covid-19 jangan sampai tertular. Soalnya, bagi mereka yang sudah divaksin saja masih bisa terinfeksi dengan gejala ringan.
Bagi mereka yang belum vaksin sama sekali, tentu gejalanya akan lebih terasa dibandingkan mereka yang sudah vaksin dosis lengkap.
“Setiap orang perlu menjaga disiplin protokol kesehatan (prokes) dan menjalani vaksinasi Covid-19, mengingat kasus di Indonesia masih terus meningkat,” bebernya.
Meski demikian, varian Omicron jangan disikapi dengan kepanikan. Dia menduga, di Indonesia sudah terbentuk super immunity yang sudah terbentuk di Indonesia.
Berdasarkan hasil survei serologi terbaru yang dilakukan Pemerintah, sekitar 86,6 persen populasi Indonesia sudah memiliki titer antibodi tinggi. “Iya dugaannya sudah terbentuk super immunity,” tutur Nadia.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengungkapkan, Pemerintah telah melakukan survei serologi di 100 kota/kabupaten. Tujuannya, untuk melihat antibodi SARS-CoV-2 di tubuh penduduk Indonesia. SARS-CoV-2 merupakan virus penyebab Covid-19.
Berdasarkan survei tersebut, mayoritas penduduk Indonesia, sebanyak 86,6 persen populasi di daerah yang disurvei telah memiliki antibodi SARS-CoV-2 baik akibat infeksi sebelumnya atau karena vaksinasi.
“Survei serologi sepanjang November dan Desember 2021 menunjukkan mayoritas penduduk Indonesia, 86,6 persen populasi yang daerahnya disurvei, telah memiliki antibodi SAR-CoV-2 baik akibat terinfeksi sebelumnya atau karena vaksinasi,” ucapnya. ■ JAR/FAQ