Presiden Minta TNI-Polri Perketat Wilayah Perbatasan Cegah Lonjakan Covid-19

Koran Sindo/Infografis

 

JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan cerita di balik perjuangan personel TNI/Polri dalam penanganan Covid-19 di Indonesia. Para prajurit bekerja mati-matian turun langsung membantu menurunkan kasus virus korona yang sempat melonjak tajam beberapa waktu lalu. Meskipun saat ini angkanya masih di bawah 1 namun perlu diwaspadai trennya dalam 5 minggu terakhir meningkat dari 0,96 menjadi 0,98.

Hal yang sama juga terjadi pada tingkat pulau yang angkanya mendekati 1. Hampir semua pulau mengalami kenaikan kecuali Maluku yang mengalami penurunan dan Nusa Tenggara dengan nilai Rt tidak berubah. Rt di tingkat pulau saat ini berkisar antara 0,95-0,99.

Menurut Jokowi, kerja mati-matian TNI/Polri dalam pengendalian Covid-19 tak terlepas dari ancaman copot jabatan yang dikatakannya kepada Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo. Para Kapolda dan jajaran di bawah pun takut dan akhirnya menjalankan perintahnya.

“Karena takut dicopot kalau tidak bisa mengendalikan di provinsinya, di kotanya, di kabupatennya, saya sudah titip kepada Kapolri, hati-hati Kapolda kalau kira-kira naik terus, saya akan perintah untuk ganti. Ternyata turun, turun, turun, turun kasus Covidnya. Artinya, semua takut dicopot,” kata Jokowi, saat memberikan pengarahan kepada Kepala Kesatuan Wilayah (Kasatwil) 2021 di Bali yang dihadiri pimpinan TNI-Polri di berbagai tingkat wilayah, baik secara luring ataupun daring, kemarin.

Jokowi mengungkapkan, kasus harian Covid-19 pernah mencapai 56.000 dan kini turun drastis menjadi 311 per hari. Pencapaian positif itu, kata dia, tak lepas dari kerja keras TNI-Polri. “Pada kesempatan yang baik ini, saya ingin sampaikan ucapan terima kasih sebesar- besarnya kepada jajaran Polri dan TNI yang betul-betul saya lihat pelaksanaan di lapangan mati-matian. Sebanyak 56.000 turun anjlok menjadi 311 kasus harian. Ini sebuah pencapaian luar biasa dan tidak semua negara mengalami ini,” ungkapnya.

Presiden juga menyoroti bahayanya varian Covid-19 Omicron. Jangan sampai jenis virus baru tersebut masuk ke Indonesia dan mengacak-acak agenda strategis nasional. Bahkan, varian ini bisa menerobos antibodi dari seseorang yang sudah divaksinasi berdasarkan hasil studi yang ia pelajari. Menurut dia, varian Omicron telah masuk ke 29 negara. Varian ini disebut lebih infeksius lima kali lipat dari Delta.

“Omicron ini sudah masuk ke-29 negara. Penularannya karena semua masih dalam proses studi, lebih menular dari varian Delta. Ingat, varian Delta itu menyebar di Indonesia dalam waktu 2-3 minggu, semua langsung kena. Ini lebih cepat. Meskipun belum final, perkiraan lima kali lipat lebih cepat,” tandasnya.

Dia juga mengingatkan prajurit TNI-Polri untuk mewaspadai efek domino dari pandemi Covid-19 yang salah satunya menghantam ekonomi. “Hati-hati, karena yang namanya pandemi ini bisa berefek ke beberapa negara itu, ke ekonomi jatuh,” sebutnya.

Jokowi ingin aparat yang berjaga di perbatasan negara mewaspadai masuknya Omicron. Varian baru ini bisa dibawa oleh orang asing maupun pekerja migran Indonesia (PMI) yang pulang kampung ke Tanah Air. “Kita boleh bersyukur, boleh berbangga, tapi tetap harus waspada. Hati-hati yang namanya sekarang ancaman gelombang keempat varian Omicron. Hati-hati. Tadi pagi, saya dapat kabar sudah sampai ke Singapura,” katanya.

Terutama, lanjut dia, Polda-Polda yang berjaga-jaga dengan perbatasan negara-negara lain. Karena yang membawa bisa orang-orang asing, bule-bule. “Tapi, juga bisa WNI kita sendiri. Terutama tenaga kerja kita dari luar waktu masuk kembali, pulang kampung. Hati- hati,” ucapnya.

Jokowi mengingatkan bahwa pandemi Covid-19 menyebabkan krisis multisektor, salah satunya ke ekonomi dan bisa merembet ke politik. “Karena yang namanya pandemi, ini bisa berefek ke beberapa negara. Ekonomi jatuh itu bisa berimbas kepada politik, hati-hati, hati- hati,” tandasnya.

Sebagai informasi, pemerintah memperketat pintu masuk atau kedatangan internasional seiring dengan perkembangan varian Covid Omicron yang telah mendekat di Tanah Air. Pemerintah memperpanjang durasi karantina bagi WNA dan WNI yang hendak masuk ke Indonesia.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengungkapkan ada enam indikator yang harus dicermati secara berkala untuk menghindari gelombang ketiga dan varian Omicron. Enam indikator itu adalah kasus aktif, Bed Occupancy Ratio (BOR), rumah sakit, dan wisma atlet, kepatuhan protokol kesehatan (prokes), angka reproduksi efektif, mobilitas penduduk, dan vaksinasi (lihat grafis). “Saat ini, meskipun kasus mingguan mengalami penurunan, jika dilihat pada kasus aktif, ternyata sempat mengalami peningkatan empat hari berturut-turut,” kata Wiku.

Dalam upaya mencegah meluasnya penularan kasus di dalam negeri, pemerintah melakukan upaya penanganan dini dengan penelusuran kontak pasien positif Covid-19. WHO sendiri mengategorisasikan level transmisi virus menjadi empat skenario epidemiologi. Pertama, kondisi tidak ada kasus. Kedua, kasus sporadik atau kondisi kemunculan suatu penyakit yang jarang terjadi dan tidak teratur pada suatu daerah.

Ketiga, klaster atau kondisi kemunculan kasus yang berkelompok pada tempat dan waktu tertentu yang dicurigai memiliki jumlah kasus yang lebih besar daripada yang teramati. Keempat, transmisi komunitas atau kondisi penularanantarpendudukdalamsuatuwilayah yang sumber penularannya berasal dari dalam wilayah itu sendiri yang terdiri atas tingkat satu sampai empat.

Penulis: Binti Mufarida