Jakarta, Periode libur Natal dan Tahun Baru ditengarai dapat memicu terjadinya lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia. Apalagi, sejumlah ahli memprediksi bahwa akhir tahun 2021 merupakan periode terjadinya gelombang ketiga Covid-19. Mengantisipasi hal tersebut, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang juga Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Letjen TNI Ganip Warsito mengingatkan masyarakat agar mewaspadai periode tersebut.
“Ancaman gelombang ketiga Covid-19 diprediksi oleh para ahli terjadi di bulan Desember. Di samping itu, akhir tahun juga masih masuk dalam periode pergantian cuaca, yang mana berpengaruh daya tahan tubuh sehingga mudah terserang penyakit. Karena di situlah saat Nataru, di situlah adanya pergantian cuaca. Ini yang menjadi suatu ancaman peningkatan Covid-19,” kata Ganip kepada wartawan di Jakarta, kemarin.
Ganip mengatakan, akhir tahun bertepatan dengan dua momentum besar yakni Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Dimana, periode tersebut berpotensi memicu keinginan masyarakat untuk beraktivitas di luar ruangan. Karena itu, Ganip mengimbau masyarakat untuk bisa menahan diri dengan meminimalisir kegiatan di luar rumah. Selain itu, ia juga mengingatkan agar masyarakat tetap menjaga dan menerapkan protokol kesehatan secara ketat, agar terhindar dari penularan virus Covid-19.
Ganip mengaku optimis bahwa gelombang ketiga dapat dicegah dan dikendalikan. Dia mengatakan bahwa kunci pencegahan dan mitigasi penularan adalah dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat dan vaksinasi. Di sisi lain, pola penanganannya juga sudah ditemukan.
"Saya yakin dengan kekuatan dan pola penanganan yang sudah ditemukan, maka kita boleh yakin Desember tidak akan terjadi gelombang ketiga. Caranya adalah, perkuat protokol kesehatan, perkuat tracing, tracking dan treatment-nya, kemudian perkuat vaksinasinya. Tiga itu rumusnya. Kalau itu kita sudah oke, saya yakin kita bisa mengendalikan Covid-19 ini,” katanya.
Sementara itu, Indeks kesembuhan COVID-19 Indonesia terbaik di ASEAN. Per 1 juta penduduk ada 4,6 kasus secara nasional dan dari data recovery index Indonesia terbaik di antara ASEAN dan nomor 54 dari negara lainnya (dunia). Sedangkan indeks kesembuhan negara ASEAN lain yakni SIngapura berada pada perigkat 70, Malaysia 102, dan Thailand 109.
Tingkat kesembuhan di luar Jawa-Bali terus mengalami perbaikan. Sumatera memiliki tingkat kesembuhan mencapai 95,55 persen dengan fatality rate-nya 3,56 persen dan perkembangan kasus aktifnya dari 9 Agustus sudahturun 94 persen. Nusa Tenggara recovery rate 96,99 persen, fatality rate 2,34 persen dan penurunan kasus aktif 95 persen. Kalimantan recovery rate 95,9 persen, fatality rate 3,16 persen dengan penurunan turun 93,18 persen.
Kemudian untuk Sulawesi memiliki tingkat kesembuhan 96,05 persen dengan fatality rate 2,63 persen dan penurunan kasus aktif mencapai 90,9 persen. Sedangkan di Maluku dan Papua tercatat tingkat kesembuhan 95,75 persen, fatality rate 1,75 persen dan penurunan kasus aktif 88,86 persen. (wedi)