MAKASSAR, FAJAR -- Penularan varian delta plus dari coronavirus disease 2019 (Covid-19) lebih cepat dibandingkan varian delta. Karena itu, masyarakat perlu melindungi diri dengan vaksin.
Plt Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman menegaskan, dalam kondisi saat ini vaksinasi selalu masuk prioritas. Makin masif dilakukan, maka mempercepat terbentuknya herd immunity (kekebalan kelompok).
Pakar Epidemolog Sulsel, Prof Ridwan Amiruddin menambahkan, secara nasional kasus ini sudah telah ditemukan. Akan tetapi, sebaran wilayahnya belum bisa dipetakan secara akurat.
Menakar peluang masuknya ke Sulsel, kata dia, hal itu berpotensi terjadi. Terlebih lagi lonjakan kasus dalam beberapa hari terakhir. Di mana, pada Kamis, 29 Juli, angkanya sudah tembus 1359 kasus.
Tren kasus harian itu, diakuinya, patut dicurigai varian itu sudah masuk. Apalagi sebelumnya varian delta sudah terkonfirmasi di Sulsel.
"Sebagai langkah antisipasi sebaiknya beberapa sampel dikirim ke pusat untuk memastikan apakah ada kasus tersebut (varian delta plus)," ujarnya, Jumat, 30 Juli.
Ia mengungkapkan, meski kasus ini belum dipastikan masuk ke Sulsel, tetapi semakin tinggi mobilitas penduduk ikut mempengaruhi peluang penyebaran. "Varian apapun itu, termasuk delta plus," terangnya.
Dijelaskannya, vaksinasi menjadi kunci untuk menekan sebaran itu. Vaksinasi setidaknya memberikan tiga keuntungan. "Kalaupun terpapar tidak parah. Tidak jadi sumber penularan, dan hari perawatannya jadi lebih singkat," jelasnya.
Angka Kematian
Pandemi Covid-19 di Sulsel memang sudah masuk kategori mengkhawatirkan. Selain peningkatan kasus mencapai 1.359 dengan angka kematian 27 orang, per Kamis, 29 Juli.
"Karumkit RS Bhayangkara sampaikan ke saya, 95 persen yang meninggal itu belum divaksin," kata Andi Sudirman Sulaiman.
Mendengar itu, adik mantan Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman ini menginstruksikan agar Koordinator Bidang Posko dan Kesekretariatan Satgas Penanganan Covid-19 Sulsel, dr Arman Bausat menyiapkan datanya.
Tujuannya, kata dia, melalui data tersebut, dapat diambil sebuah tindakan yang tepat untuk mengatasi pandemi Covid-19 ini. "Kami perlu mengetahui karakter, pola-pola pencabut nyawa dari Covid-19 ini. Karena ada namanya ikhtiar dan berdoa juga," paparnya.
Sementara itu, Koordinator Bidang Posko dan Kesekretariatan Satgas Penanganan Covid-19 Sulsel, dr Arman Bausat mengaku segera menindak lanjutinya.
Ada 500 sampel pasien yang dirawat akan dibandingkan dengan pasien yang sudah vaksin dan belum.
"Sedang kami siapkan. Uji penilaiannya dimatangkan. Termasuk nanti kami survei pasien yang isolasi mandiri di rumahnya," terang Dirut RSKD Dadi Makassar tersebut.
Isoman
Dinas Kesehatan Sulsel mendata, per Kamis, 29 Juli penambahan kasus di Sulsel mencapai 1.359 kasus dengan kasus meninggal 27 orang. Sementara pasien yang sembuh sebanyak 574 orang.
Sementara itu, Fasilitas Isolasi Terintegrasi (FIT) Sulsel telah dihuni 39 penderita Covid-19 dengan gejala ringan. "Dari Maros sementara ada 1 yang masuk. Lalu Pangkep ada 3 pasien," kata Inayah, Humas FIT Asrama Haji, Jumat, 30 Juli.
Inayah menyebut, saat ini Asrama Haji memang menjadi salah satu alternatif bagi warga melakukan isolasi. Apalagi syaratnya cukup mudah, yakni membawa surat rujukan dari puskesmas asal pasien. "Apresiasi sekali buat pak Plt Gubernur atas inisiatifnya ini," jelas Koordinator Ruang Perawatan Isolasi Covid Labuang Baji ini.
Penanggung Jawab Program FIT Sulsel, drg Abdul Haris Nawawi menambahkan, program FIT Sulsel mendapat apresiasi yang positif dari masyarakat. Karena fasilitas yang disiapkan sangat bagus, setara hotel bintang tiga. (tam)