PRINGSEWU - Isolasi diri menjadi hal yang harus dilakukan saat seseorang terjangkit virus yang menyerang organ pernapasan ini.
Seperti yang dilakukan Bupati
Pringsewu Hi. Sujadi.
Setelah hasil pemeriksaan terkonfirmasi positif Covid-19, dia memilih isolasi di RSUD Pringsewu. Usai menjalani isolasi, Sujadi dinyatakan sembuh dan diperbolehkan
pu lang, Rabu (30/6) sekitar pukul
18.30 WIB. ’’Sesegera mungkin
meng ambil langkah bila kondisi badan terasa kurang fit,” pesan Sujadi.
Dia menceritakan sebelum diketahui terpapar Covid-19 mengalami gejala-gejala layaknya flu. ’’Seperti masuk angin. Kemudian dikerik dan dipijit. Setelahnya rasanya memang biasa saja, tetapi
setelah diperiksa dokter disarankan
untuk swab test. Hasilnya positif
terpapar. Langsung isolasi di RSUD Pringsewu,” ujarnya.
Selama menjalani isolasi, dia mengaku kondisi tubuhnya seperti biasa saja. Layaknya orang sehat. Nafsu mekan tetap, termasuk indera penciuman dan perasa juga normal. Pun pernafasannya. Rasanya normal kata Sujadi. “Meski sesekali batuk dan cegukan, tapi tidak sampai sesak dan juga tak memakai
alat bantu pernafasan. Tapi cegukan
juga memang sering,” akunya.
Dia mengatakan, jika dilihat dari sisi psikologis, lebih nyaman menjalani isolasi mandiri di rumah. Sebab berpengaruh pada kenyamanan dan sisi psikologis.
“Karena, begitu masuk rumah sakit dari sisi kejiwaan ada yang langsung down mentalnya. Tapi tak semua dapat menjalani Isolasi
mandiri di rumah, apalagi yang memiliki penyakit bawaan (Komorbid). Meng ingat bila sewaktu waktu kam buh justru membahayakan,” ucapnya.
Tetap Beraktifitas
Terpapar Covid-19 dan menjalani isolasi bukan berarti mematikan atau berhenti beraktifitas. Bahkan pekerjaan atau rutinitas sehari-hari juga dapat tetap di lakukan. Apalagi dengan dukungan
teknologi informasi saat ini. Selagi bisa, kata dia, tubuh tetap harus bergerak agar tetap bugar dan salah satunya dilakukan dengan
olahraga ringan.”Olahraga ringan jalan kaki di sekitar ruang isolasi, berjemur di cahaya matahari pagi juga dapat di lakukan,” ungkapnya.
Tidak hanya itu, saat menjalani Isolasi juga dia tetap menjalani aktifitasnya sebagai pelayan masyarakat. Kata dia, tidak hanya work from home (WFH) tapi juga work from hospital (WHH) juga bisa dilakukan. Artinya, lanjutnya pekerjaan tetap dapat di lakukan dimanapun. Seperti penandatantanan berkas, namun tetap menerapkan prokes yang ketat. “Caranya saya memakai sarung tangan saat memegang surat. Sebelum dan
setelahnya alat yang digunakan disemprot, disterilkan untuk mencegah pemaparan,” kata dia.Selain itu, dia juga tetap menjalankan aktiviitasnya mengajar mengaji kitab dan tafsir untuk para santri. Ini dilakukan usai Salat Subuh dan disiarkan melalui aplikasi virtual meeting, facebook
Radio Nada Umat, yang bisa juga disaksikan masyarakat umum.
Optimisme Diri Dan Dukungan Moril
Orang yang terpapar Covid-19, butuh dukungan moril unutk membangun optimisme agar lekas sembuh. Pernyatan ini dilontarkan berdasarkan pengalamannya sendiri.
“Sikap optimisme untuk sembuh
dan dukungan sekitar dan keluarga,
ikut mempercepat proses penyembuhan, Kebetulan beberapa anggota keluarga dan para santri kami juga terkonfirmasi positif Covid-19.
Sehingga selama isolasi, saling
memberi dukungan moril untuk
kesembuhan bersama,” akunya.
Yang tak kalah pentingnya yakni mempercayakan semua perawatan pada tim medis termasuk dokter.”Ikuti semua petunjuk tim medis serta dokter, kalaupun sebenarnya kita sudah pingin pulang. Namun
bila belum boleh ya ikuti,” pesannya.
Covid-19 itu Ada
“Saring sebelum Sharing”. Pesan Bupati Sujadi menyikapi banyak berseliwerannya informasi terkait Covid-19. “Covid 19 itu
nyata ada, jangan mudah percaya bila ada yang coba memprovokasi memutar balikkan fakta bila Covid 19 tak ada,” tegasnya.
Di lan jutkan, terpapar Covid-19 bukan Aib. Covid-19 merupakan makhluk Allah SWT yang datang ke dunia justru untuk menguji
mental dan spiritual manusia itu sendiri. Dan mengenai adanya informasi peng Covid-an, dia mengatakan ini tidak bisa dinilai dari
satu sisi saja. “Bisa saja terlihat normal baik tensi darah sekitar 125, suhu badan 35-36 derajat celcius,. Tapi hasil swab, ditambah
rontgen di organ pernafasan ternyata ada virusnya,” ungkapnya.
Zona Merah, Hadapi Covid Butuh
Peran Seluruh ElemenStatus kabupaten Pringsewu yang kini masuk Zona Merah Covid 19 juga membutuhkan peran berbagai kalangan untuk mengatasinya. Dengan status ini bukan menjadikan pemkab serta masyarakat berkecil hati. Namun justru
menjadi bahan evaluasi guna perbaikan dan semakin mewaspadai untuk pencegahan Covid 19.
Pemerintah termasuk di kabupaten Pringsewu tak dapat bekerja sendirian menghadapi pandemi ini. Butuh peran serta seluruh elemen masyarakat. Termasuk,
para alim ulama (kiai), para tokoh, dan semua pihak lainnya. “Para tokoh, alim ulama dapat menjadi contoh dalam menghadapi Covid-19.
Suri tauladannya di butuhkan melalui ucapan dan perbuatannya untuk menyejukkan umat,” ajaknya.
Kini juga muncul ungkapan “Takutlah hanya kepada Allah. Jangan takut sama Corona”. Padahal yang di maksud untuk mewaspadai Covid 19 bukan berarti menomor sekiankan keberadaan Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa.
Dicontohkannya saat era ke nabian, para wali Alloh tersebut juga di berikan rasa takut pada ciptaan sang Khalik lainnya.Seperti saat Nabi Musa di kejar kejar Firaun, oleh Allah di berikan mukjizat dengan tongkatnya dapat membelah laut. Membuat nabi Musa
dan pengikutnya terselamatkan.
“Takut pada Corona bukan berarti tidak takut sama Allah SWT, justru sebaliknya mempertebal keimanan dan ketaqwaan,” ujarnya.
Ajak Semua Taat ProkesSujadi juga mengajak semua pihak untuk taat prokes dalam menjalani kehidupan sehari-hari,
sengan menerapkan 5 m dan melakukan vaksinasi. Pun mewarning jajarannya untuk mentaati aturan yang di tetapkan, dan tidak akan mentolelir jika ada kesalahan. Khususnya Camat, dan Kepala Pekon.
“Ikut nyanyi-nyanyi hajatan, membuat kerumunan. Pilihannya mau karantina di Polsek atau di rumah sakit,” tegas Sujadi. (*)<!--/data/user/0/com.samsung.android.app.notes/files/clipdata/clipdata_bodytext_210702_092851_025.sdocx-->