Geliat Kuliner Lokal Pekanbaru di Tengah Pandemi
DI masa pandemi Covid-19, semua sektor terdampak negatif, termasuk sektor perekonomian. pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), terutama di awal pandemi tahun lali sempat membuat pelaku ekonomi terutama pengusaha kuliner kolaps. Namun, setelah PPKM di Pekanbaru dibuka, beberapa usaha kuliner di Pekanbaru kembali mengeliat, salah satunya adalah usaha kedai kopi.
Laporan DENNI ANDRIAN, Pekanbaru
Kedai Kopi Bengkalis (Kobeng), merupakan salah satu gerai kopi lokal di Kota Pekanbaru yang terus bergeliat di tengah badai pandemi Covid-19. Mengusung Bengkalis, salah satu nama kabupaten di Riau sebagai nama kebesaran, kedai kopi awalnya berdiri di salah satu sudut Kota Pekanbaru itu terus berkembang. Lintas generasi menjadi segmen utama yang menjadikan kedai kopi khas Melayu menjadi pilihan.
Manajer Kedai Kopi Bengkalis, Muhammad Halimi mengatakan, saat ini dua gerai baru telah beroperasi dan siap melayani masyarakat. Gerai yang beralamat di Jalan Subrantas KM 11,5 Kota Pekanbaru tersebut telah beroperasi selama dua bulan terakhir. Selanjutnya Kedai Kopi Bengkalis juga membuka cabang baru di Jalan Ronggowarsito Gobah, Pekanbaru.
Kedua gerai itu melengkapi gerai utama yang beralamat di Soekarno Nomor 9 Pekanbaru dan telah beroperasi sejak November 2013 silam. “Alhamdulillah, sekarang kami memiliki tiga gerai untuk melayani para penikmat kopi dan masakan khas Melayu seperti lontong Bengkalis, mi rebus Bengkalis, mi sagu, sate kuah kacang Bengkalis, roti canai, sop ayam kampung,” katanya.
Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Riau itu mengakui badai pandemi yang melanda sejak tahun lalu berdampak cukup signifikan terhadap operasional Kedai Kopi Bengkalis yang menawarkan konsep kedai kopi dan makanan lokal khas Melayu dengan harga terjangkau tersebut.
Namun, manajemen Kobeng berusaha melakukan beragam terobosan hingga akhirnya tetap mampu bertahan dan kini justru melebarkan sayap usaha dengan tiga gerai tersedia. Memang tidak dapat dipungkiri semua jenis usaha saat ini terjadi penurunan omzet. Namun, kami tetap memiliki strategi untuk bertahan. Strategi yang utama di saat pandemi adalah mengedepankan protokol kesehatan,” ujarnya.
Ya, Kedai Kopi Bengkalis menerapkan protokol kesehatan ketat. Tempat cuci tangan disediakan di beberapa sudut. Pengunjung dan pegawai pun harus memakai masker. Duduk dan meja pun diatur jaraknya untuk menghindari penyebaran Covid-19. ‘‘Kami merasa agak nyaman ngopi di sini (Kedai Kopi Bengkalis, red) dengan adanya prokes ketat pengelola,’’ ujar Yadi, salah seorang pelangan.
Selanjutnya, dia juga menjelaskan bahwa service excellence menjadi modal utama, sselain cita rasa yang terus dipertahankan. “Kemudian, kami mengusung keramahan khas budaya Melayu kepada pelanggan. Kami selalu cakap Melayu dengan semua pelanggan. Strategi itu yang menjadi cara kami untuk terus bertahan dan berkembang,” lanjutnya.
Perjalanan panjang kedai kopi itu diawali secara sederhana. Tidak ada mesin penggiling kopi otomatis layaknya kafe kenamaan. Namun kini, setiap hari, tak kurang 200 cangkir kopi tersaji. Tak hanya masyarakat, pejabat pemerintah mulai dari Bupati, Gubernur, hingga sejumlah tokoh nasional seperti Tifatul Sembiring, Cak Imin, Sandiaga Uno, Djarot Syaiful Hidayat pun pernah mampir dan terkesan dengan sajian Kopi Bengkalis.***