Pengalaman Vera Lusiana, Penyintas Covid-19
Dikira Demam Biasa, Ternyata Positif
Vera Lusiana (53) tak menyangka akan terpapar Covid-19. Sebab ia hanya mengira demam biasa, tetapi setelah di-swab di salah satu rumah sakit baru diketahui bahwa ia terpapar virus corona.
Laporan KAMARUDDIN, Pekanbaru
Vera begitu sapaan akrabnya terpapar Covid-19 sekitar 16 Januari 2021, tertular dari suami P Nababan. Suaminya P Nababan ada kontak dengan anggota PWI Riau yang mengaku setelah tiga hari bertemu suaminya ternyata positif Covid-19. Sepekan setelah itu, suaminya ada bergejala demam, tentunya ia yang mengurusnya.
‘’Saya biasa-biasa saja, suami saya demam dua hari. Tidak terpikirkan kalau terpapar Covid-19. Walaupun sudah ada kontak dengan temannya yang positif karena hanya merasa demam biasa, maka berobat ke klinik. Kami beraktivitas seperti biasa saja,’’ jelas Vera, belum lama ini.
Sepekan suaminya demam, karena menganggap demam biasa bukan terpapar Covid-19, makanya ia tidak memakai masker, tidak menjaga jarak. Demam suaminya mulai sembuh tetapi merasakan maagnya kambuh.
‘’Biasa saya pikir habis demam, malas makan, asam lambung naik, saya mengurus suamilah. Rupanya saya kemudian ikut demam juga. Saya ada maag juga, kami pun mengosumsi obat untuk obat asam lambung. Kami di rumah saja,’’ jelasnya.
Karena mengangap demam biasa, mereka tidak pergi ke rumah sakit untuk memastikan apakah terpapar Covid-19. ‘’Waktu itu berpikir kalau cek ke rumah untuk tes Covid-19, kami membayangkan horor begitu, nanti datang ambulans lengkap dengan tenaga medis yang berpakaian hazmat menjemput ke rumah. Nanti sekampung jadi viral dan takutnya warga malah khawatir,’’ kenang Vera.
Mereka memutuskan istirahat di rumah saja. Dan anaknya disuruh mengungsi ke rumah saudara. Mereka menjalani perawatan berdua. Mereka berharap tidak Covid-19, tetapi kalau pun terpapar mencoba untuk menjalani dengan pola hidup yang lebih sehat lagi sambil berdoa.
‘’Kami makan makanan yang bergizi, walau tak selera tetap dipaksakan untuk makan. Makan buah, minum madu, vitamin, dan obat-obat untuk meningkatkan imun,’’ jelas Vera.
Tiap pagi mereka berjemur di samping rumah, tak ke mana-makan. Tidak kontak dengan orang lain, termasuk dengan tetangga. ‘’Makanya tetangga heran, kok orang ini tak pernah ke luar. Hampir dua pekan isolasi di rumah,’’ kata Vera yang sehari beraktivitas wartawan Antara ini.
Tetapi yang ia rasakan selama demam tersebut, asam lambung naik, kebetulan ada darah tinggi juga. ‘’Anehnya setelah kami mulai sembuh, kami tidak merasakan sesak tetapi lemas saja, dan badan pegal-pegal. Kami jadi berpikir kenapa kita tidak tes Covid-19, penasaran juga. Terus sakit yang dialaminya apa sudah terpapar Covid-19,’’ jelasnya.
Mereka pun pergi tes ke rumah sakit untuk memastikan apakah terpapar Covid-19. Waktu tes di rumah sakit keluar hasil swab kalau suaminya sudah negatif, tetapi ia positif. ‘’Ternyata deman yang dialami waktu itu itu sudah terpapar Covid-19. Saya tidak kaget lagi karena saya sudah masa pemulihan,’’ ujarnya.
‘’Dokter bilang, ibu sudah isolasi mandiri, dua kali 14 hari, tetapi masih terdeteksi. Ibu tinggal jaga 14 hari lagi, aman, negatif dengan sendirinya. Ini tidak menularkan lagi. Tetapi tetap terapkan protokol kesehatan dengan memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan,’’ kata Vera.
Setelah mengetahui hasil dari rumah sakit ia positif Covid-19, mereka memberitahukannya ke tetangga maupun teman-teman dan rekan kerjanya. ‘’Bahwa kami terpapar Covid-19. Justru saat kami memberitahukan kami Covid-19. Malah ada yang merasa takut dan menghindar,’’ kenang Vera.
Kalau temannya kerja di kantor support, tetapi tetangga agak terkejut. ‘’Jadi terpapar Covid-19 ya. Padahal kami sudah melewati masa kritisnya. Sudah bersih baru memberitahukannya. Di situ kami memberi tahu, di situ mereka menghindar, tetapi tidak apa-apa. Jadi menambah isolasi mandiri, tetapi sebenarnya sudah aman karena sudah 14 hari isolasi mandiri. Tetapi tetap menjaga jarak,’’ jelas Vera.***