Dindikpora Perbolehkan Acara Perpisahan Siswa dengan Virtual

Haryo Dewanto W/Harian Bhirawa-Wiwieko

 

Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Dindikpora) Kabupaten Tulungagung memperbolehkan sekolah untuk menyelenggarakan acara perpisahan bagi siswa-siswnya yang telah lulus sekolah. Namun kegiatan tersebut masih dibatasi harus dengan cara virtual.

Kepala Dindkpora Kabupaten Tulungagung, Haryo Dewanto Wicaksono, Senin (7/6), mengungkapkan sekolah yang akan menyelenggaran perpisahan bagi siswa-siswinya yang telah lulus diperbolehkan. “Boleh menyelenggarakan acara perpisahan, asal dengan virtual,” ujarnya.

Ia melarang sekolah melakukan kegiatan acara perpisahan dengan tatap muka. Apalagi di ruangan tertutup. “Kami belum memperbolehkan acara perpisahan siswa yang diiikuti banyak siswa. Terlebih dalam satu ruangan. Ini masih dalam masa pandemi Covid-19,” paparnya.

Menurut Haryo Dewanto yang akrab disapa dengan sebutan Yoyok ini kegiatan acara perpisahan siswa selama masa pandemi Covid-19 sebaiknya dilakukan secara virtual. Hal ini untuk menjaga agar semua siswa dan guru tidak terpapar Covid-19. Terlebih acara perpisahan secara tatap muka dapat menimbulkan kerumunan. Yoyok menandaskan meski Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tulungagung sudah memperbolehkan penyelenggaraan acara perpisahaan dengan kewajiban penerapan prokes ketat, namun Yoyok tidak mau mengambil risiko dengan pelonggaran tersebut. “Kami tidak mau ambil risiko. Boleh sekolah mengadakan acara perpisahan tetapi harus virtual,” tandasnya.

Sebelumnya, Kepala Dinkes Kabupaten Tulungagung, dr Kasil Rohmad, memperbolehkan jika sekolah akan menyelenggarakan acara perpisahan secara tatap muka karena Kabupaten Tulungagung sudah masuk dalam zona kuning dalam penyebaran Covid-19. Namun demikian, dia mengingatkan penyelenggaran acara perpisahan itu harus menerapkan protokol kesehatan (prokes) dengan ketat. “Kalau ada jaminan dari panitianya akan melakukan prokes ketat bisa melakukan acara perpisahan secara tatap muka itu,” tuturnya.

Yoyok menyebut untuk pembelajaran di sekolah mulai PAUD sampai SMP saat ini pun masih menggunakan cara daring. Belum dengan tatap muka. “Pembelajaran tatap muka baru akan dilakukan pada awal tahun ajaran baru mendatang. Jadi baru awal bulan Juli depan,” katanya.

Itu pun, lanjut dia, dalam kesehariannya nanti saat pembelajaran tatap muka juga dibatasi jumlah siswanya. Bagi sekolah yang terkategori besar dan jumlah siswanya banyak dibatasi hanya 25 persen siswa yang boleh mengikuti pembelajara tatap muka setiap harinya. “Kalau yang kategori sedang bisa sampai 50 persen. Sedang yang jumlah siswanya sedikit boleh sampai 100 persen,” pungkasnya. (wed)