Lonjakan Terasa di RS Panti Rapih

Radar Jogja File

 
SLEMAN, Radar Jogja - Pasca lebaran hari raya Idul Fitri 1442 hijriah kemarin, meningkatkan angka kasus harian Covid-19 di Kabupaten Sleman. Yang sebelumnya di bawah angka 50, kini melampai angka tersebut, sebanyak 52.
"Ada lonjakan tak signifikan," ungkapnya di Kompleks Parasamya Sleman belum lama ini.
Untuk mengatasi lonjakan kasus itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman telah berkoordinasi dengan Rumah Sakit di Sleman maupun DIJ untuk mengantisipasi apabila terjadi lonjakan angka kasus yang signifikan. Kepala Dinas Kesehatan Sleman Joko Hastaryo meminta agar RS di Kabupaten Sleman tidak mengalihkan bangsal isolasi Covid-19 menjadi bangsal biasa. "Kita sediakan 56 bed kritikal dan 500 non kritikal," ungkap Joko.
Asrama haji yang sebelumnya dilakukan rehabilitasi kini diaktifkan kembali. Kapasitasnya 120 ruang. Sementara Rusunawa Gemawang telah dimaksimalkan menjadi 74 ruang.
Lonjakan kasus juga terasa di Rumah Sakit Panti Rapih, kemarin (25/5). Dalam sebuah gelaran zoom, Direktur Utama Rumah Sakit Panti Rapih Jogjakarta Dokter Triputro menyebut, pasca lebaran jumlah peminat layanan swab PCR meningkat. Dari trend sample rata-rata sehari 60, 30 persennya terpapar Covid-19. Berdasarkan data peminat PCR Maret 800-an orang, pada April mencapai 600 orang, sedangkan Mei per Minggu (23/5), terdapat 700 permintaan swab PCR mandiri. Dan sebanyak 155 terpapar Covid-19.
"Trendnya ada, semonga masih dapat terkontrol," paparnya.
Dokter lainnya di RS tersebut, Dokter Bagus Nugroho menambahkan, angka kasus Covid-19 yang ditemui di RS ini masih di bawah 50 persen. Namun, melihat perkembangan virus ini perlu mewaspadai. Kemungkinan menyebar varian baru.
Gejala Covid-19 ditandai kondisi ringan hingga berat. Namun baik Covid-19 ataupun varian baru memiliki arah yang sama. Yaitu menyerang pada sistem pernafasan. Bedanya pada gejala, ringan dan berat. Berdasarkan kasus kematian Covid-19, mayoritas terjadi karena gagal nafas. Mengalami Silent Hypoxia. Kondisi saat oksigen dalam tubuh mengalami penuruan tanpa adanya gejala yang mendasari. Saturasi oksigennya berada di posisi 75 persen. Tidak mengalami sesak, tapi saat di rontgen terdapat radang paru-paru. Ini menimbulkan fatalitas. "Masuk gejala berat. Membutuhkan tindakan cepat dan perawatan ventilator," ujarnya.
Terkait gejala varian baru itu, pihaknya belum dapat memastikan, apakah dugaan mengarah kesana. Terkait varian baru yang lebih ganas ini, di Jogjakarta masih dalam penelitian Universitas Gadjah Mada (UGM).
Ketua KSM Patologi RS Panti Rapih Stefanus Yoanito mengimbau agar semua masyarakatvtetap waspada. Harua bersabar dan lebih bijak dalam menghadapi pandemi ini. Selain itu tracing, tracking dan testing perlu dimasifkan.