WABAH virus korona yang saat ini melanda dunia termasuk Indonesia, tidak selamanya dimaknai atau disikapi sebagai sebuah kengerian atau hal-hal yang menakutkan.
Ada sebagian masyarakat yang menjadikan wabah ini sebagai pelecut untuk memunculkan ide kreatif. Seperti yang dilakukan mahasiswa Unika Soegijapranata, Evangeline Eunike, dengan menulis buku dengan judul "Corona Asyik". Bersama rekan-rekan lain satu kampus terbitlah sebuah buku itu.
Ia sendiri sebagai penyusun dan penyunting bukunya. Ide itu muncul, awalnya sebagai bahan mata kuliah dimana dosen memberikan tugas ide-ide apa yang dilakukan para mahasiswa saat wabah virus korona sekarang ini.
"Setip hari selalu ada berita heboh virus korona yang membuat kita semakin takut dan stres. Ada baiknya kita memikirkan solusi yang bukan hanya memikirkan kengeriannya saja. Karena itu munculah ide-ide kreatif ini yang dituangkan dalam bentuk buku," katanya saat menjadi salah satu pembicara dalam diskusi bertajuk Ngobrol Virtual bertema ''Pandemi sebagai Titik Pijak Aksi dan Kreasi" yang akan diselenggarakan Suara Merdeka Network bersama Satgas Covid-19, Kamis (14/1).
Dalam buku itu, ada 11 masalah yang ditulis oleh 11 orang mahasiswa. Setiap masalah itu adalah pengalaman masing-masing mahasiswa dalam menjalani kehidupan sehari-hari itu.
"Bukan hal negatif korona yang diangkat. Tetapi lebih pada solusi apa yang dituangkan dari teman-teman kami sesama mahasiswa itu," ungkapnya.
Evangeline menyebut, topik-topik yang dituangkan dalam buku itu seperti Enterpreneur Dadakan, New Normal 1,0, Sultan Corona, Otak Pebisnis, Angkatan Emas, Gedung Digital, Jurus Jitu Anti Gabut, Rumahku Taman Bermainku, dan lainnya.
"Semua penulis tidak saling koordinasi satu sama lain tentang tema tulisan. Mereka menulis dan mengalir saja, dan kebetulan temanya sama tentang seputar pandemi Covid-19," tuturnya.
Evangeline menganggap masa pandemi ini bisa memicu ide kreatif. Ia berharap usai pandemi nanti kreativitas itu masih tetap ada. Jadi ada semacam istilahnya kereta yang mengantarkan kreativitas dari masa pandemi ke masa usai pandemi agar terus berkreativitas.
Pembicara lain Abigael Wohing Ati, Psikolog, Penulis Buku, Dosen berpendapat, sebenarnya kreativitas seseorang itu bisa muncul tidak harus menunggu wabah datang. Mereka yang berkreasi itu, biasanya juga telah melakukan bakat dan hal sama yang dilakukan pada sebelum wabah itu. Hanya, di masa pandemi sekarang ini, kreativitas bisa lebih digali lagi karena persoalan-persoalan muncul.
Persoalan muncul itu menurutnya juga perlu solusi. Di sinilah kreativitas itu bisa berkembang karena kondisi. Misalnya, orang lebih banyak di rumah, sehingga punya waktu lebih untuk menuangkan ide-ide itu. Seperti pekerja kantoran yang dalam kondisi sekarang ini, lebih banyak di rumah. Kemudian bisa melakukan berbagai hal seperti menanam dan lainnya.
"Sebenarnya kreativitas seorang itu sudah ada sejak sebelum masa pandemi. Baru di masa pandemi ini, muncul persoalan-persoalan baru yang harus dipecahkan. Di situlah menurut saya bisa memunculkan kreativitas baru," katanya.
Abigael menyebut, daya ledak derita wabah virus korona bisa memacu kreativitas. Namun ini tergantung dari pribadi masing-masing menyikapi derita itu. Misalnya, derita itu dinikmati dengan senang hati. (H32, K14, arw -)