KITA baru menapak di Tahun 2021. Ada harapan besar di tahun baru ini, semuanya akan membaik. Tahun 2021, kita dihentakkan oleh pandemi Covid-19. Banyak yang tergagap dan tahun ini berharap pandemi berlalu dan jalan lebar kembali terbentang.
Bagaimana harapan sejumlah kalangan di tahun baru ini, Suara Merdeka merangkumnya dari berbagai kalangan. Budayawan Prie GS menyebutkan optimistis itu wajib.
"Tidak ada kata lain selain optimistis," kata dia saat memberi pandangan tentang menghadapi tahun 2021. "Karena kata itu yang penting hari ini. Masak kamu ingin pesimistis. Tidak lucu ta," tuturnya.
Tetapi, kata dia, optimistis mempunyai syarat. Syaratnya adalah bangsa jangan diganggu. "Karena setiap pemerintahan itu kalau dilihat skemanya, terdapat gangguan. Besar maupun kecil. Seperti rebutan posisi, mendeskreditkan pemerintahan agar tidak berprestasi, dan lainnya," bebernya.
Optimistis itu wajib. Syarat dan ketentuan berlaku. Sebab, tidak ada yang gratis. "Optimistis itu ada maharnya. Bayar saja mahar itu," terangnya.
Prie menjelaskan, maharnya adalah taat asas. Sekuat-kuatnya negara, jika diganggu, negara bisa lemah. Sudah lemah apalagi diganggu. Seperti hanya karena kamu kecewa, lalu mengganggu negara. Vaksin belum dilaksanakan saja, sudah divandalisasi. Menggosipkan seluruh kerja pemerintah kurang sempurna. Dihambat dan didiskreditkan.
Lalu apakah tidak boleh mengganggu negara? Menurut Prie, gangguan dengan kritik serta partisipasi itu beda. Gangguan mempunyai sifat desruktif. Sementara kritik, keterlibatan, partisipasi, bentuknya konstruktif. Hal itu bukan gangguan.
"Di tingkat sosial-politik, masyarakat dan negara sama-sama tidak boleh gagal. Masyarakat tidak boleh gagal sebagai masyarakat, negara tidak boleh gagal sebagai negara. Kalau bisa dilakukan, Indonesia sudah top tenan," ucapnya.
Kemudian, tentang wajah kebudayaan di era pascapandemi seperti apa? Penulis buku "Ipung : Novel Motivasi Pembangkit Kepercayaan Diri" tersebut mengatakan, wajah kebudayaan tidak perlu dirisaukan. Apakah berlaku virtual, manual, maupun lainnya.
"Sebetulnya, alam memiliki daya tuntun yang urut," ungkapnya.
Tidak perlu kaget dan tegang terhadap kebudayaan. Hal yang penting adalah kecerdasan etik terhadap kebudayaan tersebut. "Betapa kita memahami apapun jenis kebudayaan, tanpa kecerdasan etik, selesai kita. Misalnya, jika mempunyai akun Whatsapp, dan gagal beretika, hal itu bisa menjadi musibah. Begitu juga dengan twitter, facebook , dan lainnya," ujarnya.
Cerdas secara etika terhadap setiap perubahan. Apa yang datang akan selalu menjadi berkah. "Bukan soal filter. Kecerdasan etik itu melahirkan kebijaksanaan kebudayaan. Di dalamnya sudah termasuk filetr," jelasnya.
Sementara itu optimistis juga muncul dari sektor ekonomi. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebutkan adanya keoptimisan ekspor pada tahun depan akan membaik. Hal tersebut karena dukungan perbaikan ekonomi global, khususnya negara mitra dagang utama Indonesia.
"Ekspor tahun depan akan semakin baik, ini didukung oleh pertumbuhan ekonomi global yang akan membaik. Kami memperkitakan di 2021 akan tumbuh 5 persen," katanya.
Dia mencontohkan, ekonomi negara mitra dagang Indonesia yang akan meningkat signifikan adalah Tiongkok yang ekonominya diperkirakan akan tumbuh 7,8 persen, serta Amerika Serikat yang diperkirakan tumbuh 4,3 persen.
Dijelaskan, peningkatkan konsumsi baik swasta maupun pemerintah merupakan sumber pertumbuhan ekonomi. Dia mengatakan, bantuan pemerintah untuk perlindungan sosial juga akan terus mendukung daya beli masyarakat.
Sumber lain adalah investasi pada 2021 akan terealisasi, tercermin dari belanja pemerintah di bidang infrastruktur yang besar, juga didukung oleh implementasi UU Cipta Kerja.
Selanjutnya, Gubernur BI mengungkapkan rupiah juga akan berada pada level stabil dan cenderung menguat. Dengan demikian, BI yakin proses pemulihan ekonomi terus berlangsung dan untuk itu, optimistis akan pertumbuhan ekonomi dan prospek ekonomi tahun depan yang lebih baik perlu didorong.
Meskipun demikian, prospek ekonomi yang lebih baik itu, menurut dia memerlukan sinergi semua pihak dan memerlukan satu kondisi prasyarat, yaitu vaksinasi yang telah dimulai dan penerapan disiplin protokol kesehatan yang tetap berjalan. Mengingat, persoalan yang dihadapi saat ini bersumber dari Covid-19 yang belum terkendali.
"Alhamdulillah pemerintah sudah memesan vaksin dan akan mulai melakukan vaksinasi dalam waktu dekat. BI juga ikut mendanai vaksin ini dari sebagian dana burden sharing APBN 2020," ujar Perry.
Dengan vaksinasi dan penerapan protokol kesehatan, ia yakin kegiatan ekonomi akan berangsur-angsur membaik dan meningkatkan prospek pemulihan ekonomi Indonesia.
Indeks Kerukunan Beragama
Di bidang sosial, pimpinan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jawa Tengah yang menyebut kondisi Kerukunan Umat Beragama (KUB) di Jawa Tengah cukup baik. Keterangan itu mengacu pada hasil pengukuran indeks kerukunan umat beragama di Indonesia oleh Litbang Kemenag RI Tahun 2019.