Pentingnya Masker Saat Pembelajaran Tatap Muka
Tak lama lagi, para siswa akan kembali mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM) di era pandemi Covid-19. Bukan hanya siswa, para guru juga harus siap mengajar. Tentu saja PTM dapat meningkatkan risiko penularan Covid-19. Karena itulah, kewajiban memakai masker dan penerapan protokol kesehatan di sekolah perlu diperhatikan bersama. Bagaimana pemakaian masker yang ideal saat PTM?
---
KETUA Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19 Sonny Harry B Harmadi menyampaikan, pemakaian maksimal masker idealnya adalah selama empat jam. Setelahnya harus diganti. Terkait dengan PTM, dia meminta para guru untuk memberikan informasi kepada anak didiknya terkait penggunaan masker dan protokol kesehatan 3M (memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak).
’’Memakai masker itu maksimal empat jam ya, maka kalau anak nanti belajar di sekolah lebih dari empat jam, anak harus membawa masker cadangan. Jadi semua yang ada di sekolah membawa masker cadangan,’’ ungkapnya.
Ia pun menyebutkan soal persentase risiko penularan. Jika ada yang terkena virus tapi tanpa gejala dan tidak memakai masker, kemudian ada yang sehat tapi tanpa masker dan jaga jarak, potensi penularannya 100 persen.
’’Kemudian, yang punya virus ini tidak pakai masker dan yang sehat pakai masker, potensi penularan 70 persen,’’ tambahnya. ’’Kalau yang sakit pakai masker dan sehat tidak pakai masker, risiko penularannya tinggal 5 persen. Lalu kalau keduanya pakai masker risiko 1,5 persen,’’ sambung dia.
Jadi potensi penularannya besar, makanya mereka yang sakit harus pakai masker. Pertanyaannya adalah siapa yang sakit atau membawa virus, hal itu tidak diketahui. ’’Menggunakan masker secara bersama-sama adalah bentuk disiplin untuk menghindarkan kita dari penularan Covid-19,’’ ucapnya.
Selain soal Covid-19, bicara di kelas dan mengajar sambil bermasker bisa berpengaruh pada pemahaman siswa. Lalu bagaimana agar siswa tetap aman tapi tetap paham apa yang disampaikan? Dilansir dari Science Times, Jumat (11/12), Pasquale Bottalico, peneliti dari University of Illinois,Urbana-Champaign, menyatakan telah menyelidiki dampak masker pada kualitas komunikasi.
Dirinya meneliti selama Pertemuan ke-179 Masyarakat Akustik Amerika yang diadakan secara virtual dari tanggal 7 hingga 10 Desember. Bottalico menjelaskan, kain lebih mudah dalam penyerapan suara karena komponennya yang berpori.
Bahan berpori menyerap energi suara karena meredam osilasi partikel udara melalui gesekan. Akibatnya, masker berfungsi sebagai filter tingkat rendah yang melemahkan intensitas ucapan. Jadi tidak cocok dipakai oleh guru yang bertugas menerangkan materi pelajaran di kelas.
Bottalico pun tiga jenis masker dalam dua pengaturan ruang kelas yang berbeda. Jenis tersebut termasuk masker wajah kain tiga lapis, masker bedah, dan masker N95.
Ia menemukan bahwa masker kain tiga lapis adalah pilihan yang paling tidak disukai oleh pendengar. Karena itu, dia sangat merekomendasikan penggunaan masker bedah saat berada di kelas. Penggunaan masker bedah, jelas Bottalico, dapat mengurangi dampak pada ketidakjelasan pengucapan sehingga siswa mengerti dan pembelajaran menjadi lebih efektif. (*/jpc)
Editor: U. Ronald