SLEMAN- Sebanyak 70 mahasiswa lulusan Universitas Sanata Dharma (USD) Jogja diambil sumpah janji sebagai apoteker, Rabu (11/11). Pengambilan sumpah janji tersebut digelar secara virtual dan menerapkan protokol kesehatan (prokes).
Sumpah janji apoteker tersebut digelar di USD Kampus III, Paingan, Condongcatur, Depok. Selain pimpinan universitas, perwakilan sejumlah instansi dan Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia, kegiatan tersebut juga dihadiri rohaniawan dari masing-masing agama mulai Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Budha, dan Konghucu.
Rektor USD, Johannes Eka Priyatma mengatakan berharap pelantikan dan sumpah janji yang digelar di tengah merebaknya pandemi Covid-19 menjadi momentum bagi apoteker untuk menjadi apoteker yang profesional. Dia berharap apoteker menjadi bagian untuk mencegah paparan virus Covid-19. Salah satu caranya dengan menjalankan transformasi struktural pelayanan kefarmasian.
"Sudah sembilan bulan kita terus berjuang dan mengatur diri supaya kehidupan tetap berjalan sambil terus waspada agar tidak terpapar virus. Sekitar 300 dokter, perawat dan paramedis lainnya gugur menangani pandemi Covid-19. Mereka dijadikan sebagai pahlawan kemanusiaan," katanya di sela-sela kegiatan.
Menurutnya, virus corona baru bernama SARS Cov-2 dengan cepat menyebar ke seantero dunia dan telah menimbulkan banyak duka dan nestapa. Selain melaksanakan prokes secara ketat, langkah efektif yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan teknologi informasi untuk mengganti interaksi dan komunikasi fisik langsung menjadi virtual (jarak jauh).
Intraksi dan komunikasi virtual, katanya memang membawa beberapa persoalan seperti tidak terjaminnya otentisitas sehingga menuntut ketersediaan infrastruktur yang baik. Persoalan lainnya, kesiapan dan kemampuan memakai teknologi digital serta kurangnya nuansa formal. Meskipun begitu, model interaksi virtual juga membuka berbagai peluang baru seperti hilangnya hambatan ruang dan waktu, meningkatnya fleksibilitas dan efesiensi serta menurunnya emisi karbon karena berkurangnya perjalanan fisik.
"Dalam situasi yang dilematis ini, salah satu sikap yang baik untuk diambil sebagai apoteker profesional adalah menetapkan prioritas, terbuka terhadap gagasan dan kemungkinan baru serta menyiapkan diri untuk terus belajar," katanya.
Dijelaskan Eka, prioritas yang dimaksud adalah terjaganya kesehatan individu dan masyarakat serta terhindarnya dari paparan virus. Karena prioritas tersebut maka apoteker juga dituntut untuk berfikir, bersikap kreatif, inovatif bahkan di luar kewajaran. Hal itu dinilai sangat penting karena meskipun pandemi Covid-19 berlalu tetapi hal itu tidak mengubah cara hidup menjadi lebih baik, maka kualitas kesehatan masyarakat tidak akan berubah.
"Dalam persoalan pandemi Covid-19 ini penanganannya tidak mungkin melulu dari bidang farmasi dan kesehatan tetapi harus mencakup bidanf lain seperti psikologi, ekonomi, bahkan politik. Oleh karenanya, keterbukaan dan kesiapan belajar lagi adalah segalanya," kata Eka.
Dekan Fakultas Farmasi USD Yustina Sri Hartini mengatakan praktik kefarmasian memiliki peran dalam menjamin terpenuhinya kriteria sediaan farmasi yang baik. Demi kepentingan kesehatan masyarakat, maka khasiat, keamanan san mutu setiap sediaan farmasi harus diverifikasi lebih dulu. Pengujian tersebut harus dilakukan dalam kondisi esperimental maupun klinis dengan metode yang telah divalidasi.
"Ilmu kefarmasian yang selama ini diperoleh harus menjadi based line untuk pembelajaran berkelanjutan di masa mendatang. Tingkatkan kinerja apoteker Indonesia," kata Yustina.
Sementara Ketua Ikatan Apoteker Indonesia Nanang Munif Yasin berharap apoteker memiliki bekal yang istimewa salah satunya bekal SIAP (Skill, Inovation, Attitude dan Profesional). "Semoga apoteker yang baru dilantik dapat bermanfaat bagi masyarakat, bekerja dalam kebersamaan dan persaudaraan," katanya.
Sumber : Harian Jogja, Edisi Kamis 12 November 2020, Halaman 6