Monyet Turun, Warga Siapkan Tas Jauhi Puncak

Warga menyiapkan westafel di barak pengungsian Glagaharjo untuk memenuhi ketentuan protokol kesehatan, Jumat (6/11/2020)

 
Warga Kalurahan Glagaharjo, Kepanewon Cangkringan mulai menyiapkan barak pengungsian bencana erupsi Merapi. Barak tersebut akan segera diisi oleh warga dari kelompok rentan. Bagaimana persiapannya? Berikut laporan Wartawan Harian Jogja Abdul Hamid Razak.
Joko Purwanto merebahkan punggungnya di atas lantai. Carik Glagaharjo ini sejak beberapa hari terakhir berjibaku dengan warga lainnya untuk menyiapkan barak pengungsian. Barak itu akan digunakan sebagian warga Kalitengah Lor yang masuk kelompok rentan. "Iya, sudah beberapa hari ini kondisi barak diperbaiki," kata Joko saat menyambut Harian Jogja.
Ia bercerita, beberapa bagian bangunan diperbaiki. Warna cat dinding yang mulai suram dicat kembali. Beberapa kaca jendela yang pecah pun segera diganti. Perbaikan juga dilakukan di beberapa bagian gedung. Yang tampak mencolok ada penambahan fasilitas di sekitar bangunan. Penambahan fasilitaa itu, kata Joko untuk memenuhi aspek protokol kesehatan.
"Nanti tinggal kami tambah dengan sabun cuci. Penempatan kasur bagi pengungsi juga akan disesuaikan dengan protokol kesehatan. Akan ada jarak antar kasur," katanya.
Selain menambah beberapa kran air di sejumlah titik, satu westafel juga dipasang lengkap dengan lantai yang ramah difabel. Jalannya dibuat miring untuk memudahkan kelompok rentan baik bagi lansia dan difabel menggunakannya. "Kami juga bangun itu di bagian pintu masuk ke barak. Jadi selain harus ramah bagi kelompok rentan, mulai lansia, difabel, anak-anak dan ibu hamil," kata Joko.
Berdasarkan catatan kalurahan, jumlah warga yang masuk kelompok rentan sebanyak 125 orang. Rinciannya, 30 orang balita, 95 orang lansia, tiga orang ibu hamil dan sisanya difabel. Jumlah tersebut belum termasuk pendampingnya. "Kalau kapasitasnya sih bisa menampung sekitar 400 orang. Tapi karena kondisi pandemi dikurangi 50 persen hanya 200 orang. Yang kami butuhkan saat ini juga ketercukupan masker karena itu penting bagi para pengungsi yang masuk kelompok rentan," ucap Joko.
Raut wajahnya yang kecapean mulai sirna. Sejurus kemudian, tangannya mengambil alat semprot kaca dan pembersihnya. Ia mulai membersihkan kaca di jendela bangunan. Selesai itu, Joko ikut memerhatikan warga yang sedang memasang westafel. Satu anggota TNI juga terlihat sibuk memotong rumput dengan mesin pemotong. Beberapa warga juga terlihat beristirahat. Mereka berteduh di dalam barak dari sengatan matahari, sambil menikmati hidangan kecil.
Joko bercerita, sebelum BPPTKG menaikkan status Merapi dari level waspada ke siaga sudah terlihat tanda-tanda alam. Monyet penghuni Merapi mulai turun sejak beberapa hari terakhir. Bahkan, katanya, ada yang terlihat di belakang kantor Kalurahan. "Kemarin monyet sudah kelihatan di bekalang sana. Itu sudah menjadi salah satu penanda aktivitas Merapi mulai meningkat. Apalagi cuaca di sini mulai panas (sumuk)," kata Joko.
Berbekal pengalaman dan tanda-tanda alam tersebut, ditambah informasi yang disampaikan BPPTKG warga tidak ada yang panik maupun kebingungan. Sejak lama, kata Joko warga sudah memahami tanda-tanda Merapi. Mereka pun menyiapkan diri. Seluruh barang-barang berharga sudah dimasukkan ke dalam tas untuk persiapan. "Di masukkan dalam TSM. Itu Tas Siap Minggat (TSM), sudah disiapkan oleh warga jika sewaktu-waktu dievakuasi tinggal jalan," katanya.
Selain evakuasi kelompok rentan, kata Joko, pada status Siaga ini pihaknya juga menyiapkan kandang ternak milik warga. Rencananya, kandang darurat akan didirikan tidak jauh dari barak. Jumlah ternak yang dievakuasi sekitar 300 ekor. "Rencana di depan tanah lapang itu agar warga tidak terlalu jauh untuk merawat ternaknya," ucap Joko.
Jika status Merapi kembali meningkat,kata Joko, warga lainnya yang tidak masuk kelompok rentan juga akan dievakuasi. Mereka akan dievakuasi ke beberapa gedung seperti seperti sekolah di sekitar kantor kalurahan. "Kapan akan dievakuasi? Kami tinggal nunggu perintah. Yang jelas kami persiapkan dulu semuanya termasuk dapur darurat nanti,"ujar Joko.
Samahalnya dengan Joko, Panewu Cangkringan Suparmono mengatakan proses penyiapan barak pengungsian dipercepat seiring naiknya status Merapi. Barak yang disiapkan diperuntukkan bagi warga yang terdekat dari puncak Merapi. "Dari tiga pedukuhan di Cangkringan, yang masih berpenghuni hanya Kalitengah Lor. Mereka yang akan dievakuasi lebih dulu, terutama bagi kelompok rentan," katanya.
Selain barak di belakang kantor kalurahan, kata Suparmono masih ada dua barak lainnya yang disiapkan untuk menampung pengungsi. Hal itu dilakukan agar lokasi pengungsian mampu memenuhi aspek keamanan kesehatan selama masa pandemi Covid-19 ini. Bilamana kedua barak tidak mencukupi karena syarat protokol kesehatan, pihaknya juga menyiapkan beberapa sekolah untuk dijadikan alternatif lokasi pengungsian.
"Ya harus memenuhi penerapan protokol kesehatan Covid-19. Ini agar pengungsi nantinya akan diberi jarak," katanya.
Untuk kandang darurat ternak, akan ditempatkan di lapangan yang berada di depan barak pengungsian. Ia mencatat jumlah ternak yang akan dievakuasi sebanyak 274 ekor. Untuk pengungsian ternak ini, pihaknya juga melibatkan dokter hewan. "Untuk sarana dan prasarana lainnya sudah disiapkan. Mulai kebutuhan MCK, kasur dan lainya sudah disiapkan,"kata dia.
Sementara itu, Bupati Sleman, Sri Purnomo mengatakan seluruh sumber daya yang dimiliki Pemkab diminta untuk berperan secara aktif dalam upaya penanggulangan potensi bencana alam dan penyebaran Covid-19. Pemkab, katanya, mengeluarkan Surat Edaran (SE) terkait Status Siaga Merapi menyikapi peningkatan status Gunung Merapi. Hal itu dilakukan untuk memberikan rasa aman bagi masyarakat. Dalam SE tersebut seluruh kepanewon diminta untuk melakukan pengungsian terbatas bagi kelompok rentan ke barak pengungsian sesuai rekomendasi bahaya yakni 5 km dari puncak Merapi. "Pengungsian di luar rekomendasi juga dapat dilakukan dan difasilitasi kebutuhan dasarnya," kata Sri.

Selain itu, semua aktivitas penambangan galian C di sepanjang sungai yang berhulu Merapi ditutup dan truk-truk pengangkut pasir dilarang melintasi jalur evakuasi. Kawasan wisata di Lereng Merapi tetap dibuka, kecuali beberapa destinasi meliputi Klangon, Bunker Kaliadem, Kinahrejo, dan Wisata Religi Turgo. Pemkab juga meminta OPD terkait kebencanaan untuk menyiagakan personel dan peralatannya untuk respon cepat.

 

Sumber : Harian Jogja, Edisi Sabtu 7 November 2020, Halaman 1