Kalurahan Siapkan Kontijensi Berdasarkan Protokol Kesehatan

Kondisi puncak Gunung Merapi yang didokumentasi oleh BPPTKG Jogja

 
SLEMAN- BPPTKG Jogja memperkirakan erupsi Merapi semakin dekat. Hal itu seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas Merapi. Hanya saja diperkirakan erupsi kali ini tidak akan sebesar erupsi pada 2010 lalu.
Menghadapi hal itu, pihak kalurahan di lereng Merapi beberapa hari terakhir pun menggelar antisipasi potensi erupsi tersebut. Kalurahan Umbulharjo, Cangkringan misalnya sudah melakukan review kontijensi menghadapi bencana erupsi Merapi. Kontijensi sendiri merupakan proses identifikasi dan penyusunan rencana yang didasarkan pada keadaan yang belum tentu tersebut.
"Beberapa hari lalu kami sudah mengadakan review kontijensi. Jika sebelumnya penanganan bencana erupsi Merapi difokuskan di Merapi, namun saat ini direvisi dan ditambah dengan protokol kesehatan pencegahan Covid-19," kata Lurah Umbulharjo, Suyatmi saat dihubungi Harian Jogja terkait perkiraan BPPTKG tersebut.
Suyatmi enggan mengomentari lebih jauh terkait kondisi terkini yang disampaikan BPPTKG. Hanya saja dia berharap kondisi masyarakat di Umbulharjo tetap aman dan terkendali. "Besok (hari ini) kami masih mengadakan Forum Group Discussion terkait kontijensi. Mudah-mudahan Umbulharjo tetap mandali," harap Suyatmi.
Sebelumnya, Bupati Sleman Sri Purnomo mengatakan Pemkab melalui BPBD Sleman menyiapkan rencana kontinjensi potensi bencana Merapi. Kontijensi dilakukan juga oleh masing-masing kalurahan di lereng Merapi sebagai bagian dari mitigasi bencana erupsi. "Persiapan ini juga dilakukan dengan pelatihan-pelatihan. Insyaallah, kami sudah menyiapkan segala upaya menghadapi potensi bencana (termasuk erupsi Merapi)," katanya.
Yang tidak kalah pentingnya, lanjut Sri, dalam menghadapi potensi bencana selama pandemi Covid-19 ini Pemkab juga menyiapkan skenario penanganan bencana sesuai protokol kesehatan (prokes). "Jadi penanganan bencana harus menyesuaikan dengan prokes. Dalam penanganan bencana tetap menggunakan masker, menjaga jarak dan rajin mencuci tangan dengan sabun," katanya.

Respon BPBD DIY

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Biwara Yuswantana menjelaskan kata "dekat" yang diberitakan sejumlah media masih multitafsir. Memang, jelas Biwara, ada deflamasi di Merapi hanya saja hal itu masih belum bisa menentukan waktu (erupsi) nya. "Masih menunggu perkembangan kubah lava," kata Biwara.
Dijelaskan Biwara, jika erupsi dikatakan semakin dekat masih multiinterpretasi. Dia menilai kata dekat tersebut dimaknai secara kualitatif dan bukan dalam arti waktu. "Dekatnya sejauh mana itu yang multiinterpretasi. Tapi dari gejala yang ada itu menunjukkan arahnya," jelas Biwara.
Terlepas dari itu, kata Biwara, BPBD terus melakukan rencana kontijensi erupsi Merapi yang baru. Rencana kontijensi yang dilakukan salah satunya memasukkan faktor pencegahan Covid-19. "Renckon Merapi yang Sleman baru direvisi karena harus memasukkan faktor Covid-19. Pertemuan mereview Renckon memang intens dilakukan," katanya.
Dia berharap, masyarakat di lereng Merapi tetap meningkatkan kewaspadaan dan mengikuti terus informasi perkembangan Merapi dari jaringan komunikasi yang sudah terbangun. Termasuk FPRB Destana yang sudah dibentuk, lanjutnya, perlu konsolidasi tetapi tidak usah panik. "Seberapa potensi erupsi, oleh BPPTKG kan sudah disampaikan juga. Yang jelas patokannya status Merapi, sekarang masih waspada, jadi rekomendasinya masih tetap sama," tegas dia.