SLEMAN- Berwisata meski di masa pandemi Covid-19 masih menjadi kebutuhan masyarakat. Disiplin menerapkan protokol kesehatan (Prokes) di destinasi wisata dan unit usaha pariwisata menjadi kunci untuk menarik minat wisatawan.
Kepala Dinas Pariwisata Sleman Sudarningsih mengatakan berwisata di era pandemi Covid-19 harus diimbangi dengan penerapan protokol kesehatan. Gerakan 3M mulai dari memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak antar sesama harus menjadi kebiasaan baru. Tidak hanya wisatawan, lanjut Ningsih, semua pelaku usaha jasa pariwisata harus konsisten menerapkan prokes tersebut.
"Kami memiliki standar operasional terkait "Pranatan Anyar Plesiran Sleman". Pranata anyar plesiran ini menjadi panduan pelaksanaan operasional destinasi pariwisata di Sleman. Gerakan ini selanjutnya menjadi instrumen kelayakan operasional usaha jasa pariwisata maupun destinasi pariwisata yang beroperasi di masa pandemi ini," katanya saat menjadi narasumber pada Talkshow Online "Strategi Jitu Pemasaran Wisata di Masa Pandemi", Selasa (27/10).
Pranatan baru tersebut, kata Ningsih, diharapkan mampu mentransformasi perubahan tatanan nilai budaya masyarakat. Pun demikian perilaku di lingkungan destinasi wisata. Tujuannya untuk mencegah munculnya klaster Covid-19 di destinasi wisata. Dispar Sleman bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Sleman untuk menyediakan rapid test gratis di Taman Wisata Tebing Breksi. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya penularan Covid-19 di destinasi favorit wisatawan tersebut.
"Oleh karenanya seluruh pengelola usaha jasa pariwisata harus benar-benar dan tegas penerapkan pranata ini. Kalau dicek suhu tubuh pengunjung 37,3 derajat celcius diminta untuk beristirahat dulu di ruang isolasi," katanya.
Mantan Asisten Debuti Bisnis Kemenparekraf Tazbir Abdullah mengatakan di masa pandemi saat ini masyarakat membutuhkan kepercayaan dan kepastian. Kepercayaan terkait keamanan kesehatan mereka saat mengunjungi destinasi wisata dan kepastian apakah destinasi yang dikunjungi menerapkan prokes. "Saat ini semua orang sudah tahu masalah Covid. Tinggal bagaimana menyiasati agar tidak terjadi penularan Covid di destinasi wisata," katanya.
Menurutnya yang paling penting saat ini, bagaimana semua pelaku wisata, pemangku kebijakan dan wisatawan bisa saling kompak dan berkolaborasi untuk menbangun kepercayaan wisatawan. DIY, katanya sangat diuntungkan karena sampai saat ini image masyarakat masih positif dengan pariwisata di DIY. Tinggal bagaimana pelaku wisata untuk mengelola wisatawan yang datang.
"Penerapan prokes harus dilakukan jangan sampai kecolongan. Selain itu, harus ada komunikasi dan informaai yang kredibel terkait berapa kuota kunjungan di sebuah destinasi. Informasi ini harus jelas dan kredibel karena ini yang dibutuhkan masyarakat," ujarnya.
GM Damri Jogja Rahmat Santoso mengatakan keberadaan Bandara YIA di DIY salah satunya bertujuan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. Damri pun memiliki tugan untuk menghubungkan sejumlah rute ke destinasi wisata di DIY dan sekitarnya. "Kami sudah siapkan rute untuk mendukung pariwisata di DIY. Seperti YIA Purworejo, YIA Palbapang atau YIA Borobudur," katanya.
Saat ini, kata Rahmat, Damri memiliki tugas baru untuk meningkatkan pelayanan dari Malioboro ke empat kabupaten. Ada rute yang disiapkan seperti dari Malioboro ke Parangtritis, Malioboro ke Pantai Baron hingga Malioboro ke Borobudur. Dari sekian trayek yang banyak digunakan saat ini adalah rute Malioboro ke Wonosari Pantai Baron. "Ke depan, kami akan bekerjasama dengan travel agency untuk memaksimalkan pelayanan dan pengembangan rute," katanya.
Pelayanan yang diberikan oleh Damri, katanya pun sudah menerapkan protokol kssehatan. Di mana setiap armada dilengkapi dengan handsanitizer dan disemprot dengan disinfektan. Penumpang yang tidak menggunakan masker dilarang naik. "Yang menjadi kelemahan destinasi wisata di DIY tidak ada angkutan umum yang menghubungkan ke semua destinasi. Kami hadir untuk melakukan itu," katanya.
Adin Jumaidi selaku GM The Atrium and Resort mengatakan sejak beroperasi sejak Juni lalu tingkat okupansi hotel terus meningkat. Hal ini terjadi karena managemen hotel menerapkan protokol kesehatan sesuai petunjuk pelaksanaan Kemenparekraf. "Sesuai protokol kesehatan, kami buat protokol Covid. Kami buat sanitasi higiene. Setiap tamu yang masuk wajib menggunakan masker. Kami yakin dengan penerapan prokes akan meningkatkan kepercayaan tamu," katanya.
Tidak hanya itu, tamu yang masuk juga diperiksa suhu tubuhnya. Jika suhu tubuh tamu di atas batas normal, maka petugas akan mengirimkan ke rumah sakit yang sudah bekerjasama dengan Atrium. Setiap kamar yang sudah digunakan oleh tamu, disemprot disinfektan agar aman digunakan kembali oleh tamu berikutnya.
"Kami optimistis pariwisata Sleman kembali bangkit. Ini tentu membutuhkan kolaborasi dari semua pihak, baik pemerintah, pelaku wisata, maupun wisatawan untuk konsisten menerapkan protokol kesehatan," katanya.