Daerah Istimewa Jogja-karta (DIJ) menjadi salah satu daerah berstatus zona merah persebaran virus Covid-19. Bahkan, Pemerintah Provinsi DIJ merilis adanya pertambahan 189 kasus baru positif Covid-19, Kamis (3/12). Sleman menjadi penyumbang terbanyak: 107 kasus.
Di samping itu, kita disodori pula pada kenyataan angka kemiskinan yang merambat naik. Peluang kerja yang makin sulit. Sementara PHK mulai menggigit.
Secara umum, kita bisa melihat pertumbuhan ekonomi nasi-onal pada triwulan ke-2 yang terjerembab di angka minus 5.3 persen. Bahkan, DIJ pada waktu yang sama merosot lebih dalam. Benar kita sedang sulit. Namun, saya termasuk orang yang terus-menerus berpikir positif dan bersikap optimis-tis.
Bukan hanya itu, saya tanpa lelah menularkan hal tersebut kepada seluruh warga Sleman. Di mana pun dan kapan pun saya bertemu masyarakat. Baik sebagai wakil bupati Sleman maupun ibu dari wong Sleman. Tentu saja, satu paket dengan ajakan bersama-sama menegakkan protokol kesehatan.
Saya selalu bersikap postif dan opti-mistis karena belajar dari sejarah dan pengalaman Kita pernah dijajah ratusan tahun. Kita kalah dalam segala hal. Namun, akhirnya kita tetap merdeka. Lebih dari itu, kita mampu mempertahankannya sampai sekarang. Kita pernah mengalami krisis ekonomi 1998. Rupiah terjun bebas. Ekonomi seakan-akan ambruk. Kiamat kecil seolah tidak terelakkan. Kita juga pernah mengalami gempa bumi yang dahsyat pada 2006. Tidak kurang 4.000 jiwa melayang. Ratusan rumah luluh lantak.
Empat tahun kemudian, erupsi Merapi terja-di. Hampir 500 orang menjadi korban. Nyatanya kita tetap ber-tahan dan menjadi pemenang. Saya menyapa warga di 86 desa dengan 1.212 dusun di seluruh Sleman. Mengunjungi usaha-usa-ha ekonomi rakyat, industri kerajinan, dan UMKM. Bertemu petani dan peternak. Benar, ada beberapa yang surut. Namun, lebih banyak lagi yang mampu bertahan dan mulai menggeliat bangkit.
Bahkan, beberapa sektor se-perti pertanian terus berkem-bang. Saya tidak terlalu terkejut ketika sebelum cuti menerima laporan bahwa pada triwulan ke-2 tahun 2020 angka pertum-buhan perekonomian Sleman justru surplus 6.49 persen. Saya mengamati. Terkadang malah ikut mampir. Tempat- tempat berkumpul dan srawung, yang menyediakan kopi, teh, dan makanan, kini ramai dikunjungi. Diikuti oleh geliat desa wisata dan destinasi wisata. Setelah mati suri dalam tidur panjang. Tentu, masih jauh dari pulih. Tapi minimal, sudah tidak sepucat dulu.
Saya juga melihat dan bertemu dengan para seni-man. Mereka tidak pasrah meng-hadapi situasi yang tidak mudah. Kreativitas dan inovasi tidak pernah mati. Tertatih-tatih, teta-pi tetap terus berusaha dan ber-karya. Di seberang itu, jangan tanya anak-anak milenial kita.
Dalam kondisi sulit ini mereka justru menemukan momentum untuk mengambil posisi di ba-risan depan. Di luar aspek yang saya sebut terdahulu, faktor lain yang membumbung saya untuk terus berpikir positif dan bersikap optimistis adalah se-mangat persatuan, guyub rukun, golong gilig, dan gotong royong yang ditunjukkan warga Sleman. Modal sosial paling berharga, yang menjadi sumber motivasi dan inspirasi.
Akhirnya, di tengah-tengah berpikir positif dan bertindak optimistis, saya meng-ajak seluruh warga Sleman un-tuk terus menjaga kesehatan. Cuci tangan memakai sabun dengan air yang mengalir. Jangan lupa mengenakan masker. Tetap berupaya menjaga jarak. Teristimewa saat coblosan pada Rabu, 9 Desember nanti. Ingat-lah, kesehatan yang utama. Selain itu nomor dua. (*/yog)
Sumber : Harian Radar Jogja, Edisi Sabtu 5 Desember 2020, Halaman 1