Ciptakan Pilkada Sleman Sehat, Nyaman, Jujur, Adil, dan Tanpa Politik Uang

Ketua DPRD Sleman Haris Sugiharta/Radar Jogja-Yogi IP

 

PEMILIHAN kepala daerah (Pilkada) 2020 tinggal seminggu lagi. Ketua DPRD Kabupaten Sleman Haris Sugiharta mengimbau seluruh masyarakat menciptakan suasana kondusif hingga pemungutan suara pada 9 Desember mendatang. Supaya pesta demokrasi pemilihan bupati dan wakil bupati Sleman berjalan baik. “Mari kita ciptakan Pilkada Sleman yang nyaman, jujur, adil, dan tanpa politik uang,” tuturnya.

Politikus PDI Perjuangan itu mengajak seluruh warga yang telah tercatat dalam daftar pemilih tetap KPU Sleman hadir ke tempat pemungutan suara (TPS) pada Rabu (9/12). Gunakan hak pilih sesuai hati nurani masing-masing. Agar tidak mudah terbujuk rayu dengan iming-iming hadiah dalam bentuk apa pun untuk memilih calon tertentu.

Kehadiran masyarakat di TPS tetap harus memperhatikan protokol kesehatan. Memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak antarsesama. Hal itu demi mencegah timbulnya klaster baru Covid-19. “Jangan sampai terjadi klaster pilkada,” ingatnya.

Guna mengantisipasi persebaran Covid-19, seluruh TPS harus steril. Petugas kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) harus memastikan terwujudnya social distancing di TPS. Antrean calon pemilih harus diminimalisasi. Sehingga tidak terjadi kerumunan. Kursi di ruang tunggu harus ditata sedemikian rupa sehingga ada jarak.

Waktu kehadiran calon pemilih perlu diatur jadwalnya. Supaya tidak terjadi penumpukan di TPS. Warga datang ke TPS seperlunya saja. Hadir, mencoblos (surat suara), lalu pulang. Tidak perlu menunggu yang lain. “Setiap orang yang datang ke TPS harus dicek suhu badannya,” pinta Haris.

Demikian pula saat penghitungan suara. Biasanya warga berbondong-bondong ke TPS untuk mencari tahu siapa calon bupati yang menang di wilayahnya. Kebiasan ini juga harus diminimalisasi. Masyarakat diminta percaya kepada para saksi dan KPPS. Sebaliknya, KPPS wajib transparan dalam perhitungan suara.

Haris menegaskan, siapa pun calon bupati dan wakil bupati yang terpilih hakikatnya adalah pilihan rakyat. Jangan sampai lantaran beda pilihan lantas timbul perselisihan. Masyarakat harus tetap menjaga persaudaraan antarsesama.

Para kontestan pilkada, tim sukses, relawan, dan simpatisan juga harus bisa menciptakan suasana damai. Mereka harus berangkulan demi mewujudkan tujuan bersama, yakni kesejahteraan masyarakat. “Intinya, menang ora umuk, kalah ora ngamuk (menang tidak sombong, kalah tidak marah),” tuturnya.(*/yog)

 

Sumber : Harian Radar Jogja, Edisi Selasa 2 Desember 2020, Halaman 1